Langsung ke konten utama

Menelusuri Hakikat dan Sejarah Semantik: Pemahaman Makna dalam Bahasa dan Komunikasi

 Menelusuri Hakikat dan Sejarah Semantik: Pemahaman Makna dalam Bahasa dan Komunikasi

Sidiq Aditia

Pascarajana Universitas PGRI Semarang

Email: sidiqaditia@gmail.com


A. HAKIKAT SEMANTIK

1. Pengertian
Semantik, sebagai cabang dari linguistik, mempelajari makna kata-kata, frasa, dan kalimat dalam bahasa. Menurut Sipangpang et al. (2024) semantik tidak hanya membahas makna yang terkandung dalam suatu kata, tetapi juga bagaimana makna tersebut digunakan dalam komunikasi sehari-hari untuk memastikan pesan yang disampaikan dapat dipahami dengan tepat oleh lawan bicara. Warmadewi (2019) menambahkan bahwa sebelum memahami makna, penting untuk memahami bahasa itu sendiri, karena cara setiap orang menggunakan bahasa sangat berkaitan dengan bagaimana kita menganalisis semantik dan menyumbangkan kosakata.

Semantik dalam linguistik tidak hanya berfokus pada makna kata secara tersendiri, tetapi juga mengkaji bagaimana makna tersebut terbentuk dalam konteks sosial dan budaya masyarakat. Fitriani (2023) menjelaskan bahwa semantik berfokus pada makna dan definisi yang meliputi berbagai fenomena bahasa, seperti konsep, definisi, dan metafora. Hal ini mengarah pada pemahaman bahwa makna kata tidak hanya ditentukan oleh definisi leksikal, tetapi juga dipengaruhi oleh konteks dan hubungan sosial yang terjadi saat kata tersebut digunakan.

2. Pendekatan Semantik dalam Konteks Komunikasi
Semantik tidak hanya menganalisis makna leksikal, tetapi juga mempertimbangkan prosodi semantik, yaitu bagaimana makna kata dapat dipahami berdasarkan konteks penggunaannya dalam kalimat. Sarudin et al. (2022) menjelaskan bahwa kata-kata tidak hanya memiliki definisi yang tertulis di dalam kamus, tetapi juga memiliki nilai makna yang berubah bergantung pada konteks dan hubungan antar kata dalam kalimat. Misalnya, kata panas dalam kalimat Cuaca sangat panas hari ini mengandung makna fisik, sedangkan dalam kalimat Perasaan saya sangat panas mengandung makna emosional yang berbeda. Konteks inilah yang menentukan makna sesungguhnya.

Sebagai contoh, dalam percakapan sehari-hari, kita sering kali menggunakan kata cinta yang bisa merujuk pada rasa kasih sayang terhadap orang lain, tetapi bisa juga digunakan dalam konteks yang lebih ringan, seperti Aku cinta banget sama pizza ini. Penggunaan kata yang sama, tetapi dengan makna yang berbeda, menunjukkan betapa pentingnya konteks dalam menentukan makna kata dalam komunikasi.

3. Semantik dalam Berbagai Bidang
Dalam linguistik kognitif, semantik sangat berkaitan dengan bagaimana individu memahami dan menginterpretasi makna berdasarkan pengalaman dan pengetahuan mereka. Sarudin et al. (2022) menekankan pentingnya konteks dalam komunikasi sosial, di mana pemahaman makna kata bisa berubah sesuai dengan latar belakang budaya, pengetahuan, dan pengalaman yang dimiliki oleh individu. Misalnya, di berbagai daerah, kata rumah mungkin memiliki konotasi yang berbeda—di satu tempat bisa berarti tempat yang penuh kasih sayang, sementara di tempat lain bisa saja dihubungkan dengan status sosial.

Dalam pendidikan, pengajaran semantik memainkan peran besar dalam membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir kritis. Puspitasari & Anggraini (2022) menyoroti bahwa pemahaman semantik memungkinkan siswa untuk menganalisis teks secara lebih mendalam, mengenali makna yang terkandung dalam teks, dan meningkatkan keterampilan analitis mereka. Sebagai contoh, dalam pembelajaran sastra, siswa tidak hanya akan mempelajari definisi kata, tetapi juga akan mampu menangkap makna metafora dalam puisi atau cerita yang mereka baca.

Selain itu, dalam linguistik forensik, semantik juga digunakan untuk mengungkap makna tersembunyi dalam komunikasi, terutama dalam konteks hukum. Warami (2022) mencatat bahwa analisis semantik penting dalam memahami kata-kata yang ambigu dalam dokumen hukum. Misalnya, kata permanen dalam hukum dapat memiliki makna yang berbeda tergantung pada konteksnya apakah itu merujuk pada sesuatu yang bersifat tetap atau sesuatu yang bisa berubah dalam kondisi tertentu.

4. Semantik dalam Sastra dan Budaya
Semantik juga sangat relevan dalam kajian sastra dan budaya. Dalam analisis sastra, semantik membantu kita mengungkap makna yang lebih dalam dari karya sastra, yang seringkali menggunakan metafora dan simbolisme untuk menyampaikan pesan yang lebih kompleks. Sebagai contoh, dalam puisi atau novel, penggunaan kata-kata seperti cinta atau kesendirian bisa memiliki makna yang jauh lebih dalam dari sekadar definisi leksikalnya, tergantung pada bagaimana kata tersebut digunakan oleh penulis dalam konteks cerita.

Puspitasari & Anggraini (2022) menunjukkan bahwa semantik dalam analisis berita daring dapat membantu kita memahami bagaimana makna bisa terdistorsi oleh kesalahan dalam berbahasa. Ini sangat penting dalam media masa kini, di mana pesan yang disampaikan melalui media sosial sering kali dapat menyesatkan pembaca atau penonton jika tidak memahami konteks kata yang digunakan.

5. Kesimpulan
Secara keseluruhan, semantik memiliki peran penting dalam memahami makna kata dalam konteks komunikasi, baik dalam percakapan sehari-hari, sastra, pendidikan, maupun hukum. Dengan memahami semantik secara mendalam, kita tidak hanya akan lebih bijak dalam menggunakan bahasa, tetapi juga lebih sensitif terhadap konteks sosial dan budaya yang membentuk makna dalam komunikasi kita. Dari analisis leksikal hingga pemahaman konteks sosial dan budaya, semantik membantu kita memahami bagaimana kata-kata membentuk interaksi sosial dan bagaimana makna itu berubah seiring dengan perubahan dalam masyarakat.

B. SEJARAH DAN PERKEMBANGAN SEMANTIK
Sejarah semantik di kutip dari beberapa jurnal dan artikel yang telah di susun secara berurutan (Foote, 2023; Hidayatullah & Zaki, 2024; Sholihin & Junaidi, 2024; Zahra et al., 2024) sebagai berikut:

1. Semantik pada Masa Kuno: Dasar Pemikiran Filsafat Bahasa
Kajian semantik, atau studi tentang makna dalam bahasa, sudah dimulai sejak zaman kuno, terutama oleh para ahli bahasa dari India dan Yunani. Di Yunani, para filsuf seperti Plato dan Aristoteles berperan penting dalam merumuskan pemikiran awal tentang hubungan antara kata dan makna. Plato, dalam dialognya dengan Socrates, berpendapat bahwa hubungan antara suara dan makna adalah alami (tergantung pada alam), sementara Aristoteles memandangnya lebih internal, di mana kata-kata menjadi ekspresi dari pemikiran manusia.

Selain itu, pemikiran ini berkembang lebih lanjut pada periode School of Alexandria, yang memperkenalkan sistem linguistik yang lebih formal. Bahasa pada masa itu dianggap penting dalam diplomasi dan interaksi antar kekuasaan, seperti yang terjadi di Roma. Melalui sekolah-sekolah ini, bahasa Latin dan bahasa lainnya menjadi alat penting dalam perkembangan ilmu pengetahuan. Kajian semantik pun semakin berkembang dengan beragam teori yang menjelaskan hubungan antara kata, makna, dan pemikiran.

2. Perkembangan Semantik di Abad Pertengahan dan Renaissance
Selama abad Pertengahan, linguistik mengalami perkembangan besar. Sekolah Scholastique di Eropa menjadi pusat pemikiran tentang hubungan kata dan makna. Ilmu linguistik berkembang pesat seiring dengan filosofi dan teologi yang mengajarkan bahwa bahasa adalah gambaran dari pikiran manusia. Pada masa ini, ide tentang bahasa sebagai sistem logis dan mental menjadi dominan.

Pada masa Renaissance, munculnya pemikiran kritis dan ilmiah semakin memperkaya studi bahasa, yang melibatkan pendekatan rasional dan logis. Pemikiran linguistik ini berlanjut hingga masa Revolusi Ilmiah, yang mengarah pada pembentukan berbagai teori dalam kajian semantik modern.

3. Semantik pada Abad Ke-19: Kelahiran Semantik Modern
Pada akhir abad ke-19, studi semantik mulai memperoleh tempat khusus dalam ilmu linguistik. Pada tahun 1883, Michel Breal, seorang filolog Prancis, memperkenalkan istilah semantik dan menjadikannya cabang ilmu linguistik yang mempelajari perubahan makna kata dari waktu ke waktu. Karyanya Essai de Sémantique menjadi referensi penting dalam perkembangan teori semantik.

Pada saat yang sama, ilmu linguistik berkembang di Inggris dan Eropa, yang mencakup analisis makna dalam konteks sosial dan filosofis. Di sini, semantik mulai dipahami lebih mendalam sebagai studi tentang hubungan antara bentuk bahasa dan maknanya, serta bagaimana perubahan sosial dan budaya dapat mempengaruhi makna kata-kata.

4. Semantik dalam Tradisi Islam: Kontribusi dan Warisan
Kajian semantik dalam tradisi Islam juga memiliki sejarah yang panjang, terutama dalam penafsiran Al-Qur’an. Para ulama semantik klasik, seperti Ibrahim Anis, telah mengkaji kata-kata dalam Al-Qur’an dengan mempertimbangkan konotasi dan makna yang terkandung dalam teks. Pemikiran ini terus berkembang, termasuk dalam kajian i’jaz (keajaiban) Al-Qur’an yang menekankan pada makna dan keindahan bahasa Al-Qur’an.

Seiring berjalannya waktu, semantik Arab menjadi bagian penting dalam kajian linguistik modern, dengan memadukan warisan klasik dan metode analisis linguistik kontemporer. Kontribusi para sarjana Muslim terhadap studi bahasa dan makna terus berlanjut, bahkan hingga abad ke-20, ketika semantik modern mulai berkembang di Barat.

5. Semantik di Era Modern: Teknologi dan Ilmu Kognitif
Memasuki abad ke-20 dan 21, semantik berkembang pesat, tidak hanya dalam linguistik tetapi juga dalam ilmu komputer dan kecerdasan buatan. Konsep Web Semantik, yang diperkenalkan oleh Tim Berners-Lee pada tahun 2001, merupakan salah satu pencapaian besar. Web Semantik memungkinkan komputer untuk memahami makna di balik informasi di internet dan mengorganisirnya secara otomatis, tanpa membutuhkan interaksi langsung manusia.

Di bidang teknologi, para ilmuwan mulai menggabungkan semantik dengan data besar, kecerdasan buatan, dan pemrosesan bahasa alami (NLP). Asisten virtual seperti Siri dan Google Assistant adalah contoh nyata bagaimana semantik diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, memungkinkan interaksi antara manusia dan mesin yang lebih alami dan efisien.

6. Semantik dalam Konteks Al-Qur’an: Kajian Modern dan Integrasi dengan Ilmu Kognitif
Studi semantik Al-Qur’an juga mengalami perkembangan yang signifikan. Seorang ahli semantik Jepang, Izutsu, dalam bukunya Allah dan Manusia dalam Perspektif Al-Qur’an, mengembangkan pendekatan semantik untuk memahami Al-Qur’an, menghubungkan makna-makna dalam teks dengan dunia eksistensi manusia. Pendekatan semantik ini memungkinkan kita untuk melihat keterkaitan antara kata-kata dalam Al-Qur’an dan makna filosofis serta ontologis yang terkandung di dalamnya.

Izutsu menegaskan bahwa semantik adalah sebuah ilmu yang kompleks dan menakjubkan, yang memungkinkan kita untuk memahami hubungan antara kata, makna, dan dunia sekitar kita. Dengan mempelajari semantik Al-Qur’an, kita dapat lebih dalam memahami struktur bahasa Al-Qur’an serta implikasi filosofisnya.

7. Kesimpulan: Semantik sebagai Ilmu yang Terus Berkembang
Dari masa kuno hingga era digital, semantik telah berkembang menjadi cabang ilmu yang kaya dan terus berevolusi. Semantik kini tidak hanya terkait dengan linguistik, tetapi juga berhubungan dengan ilmu komputer, filosofi, dan studi budaya. Dengan kemajuan teknologi dan pemrosesan bahasa alami, semantik semakin menjadi alat penting dalam memahami bahasa dan makna dalam konteks global yang terus berubah.

C. MENGAPLIKASIKAN DIRI SEBAGAI TENAGA AHLI DALAM SEMANTIK
Sebagai seorang Guru Bahasa dan Sastra Indonesia di SMPN 11 Dumai, saya memahami bahwa semantik atau ilmu yang mempelajari makna kata sangat penting dalam mengajarkan bahasa kepada siswa. Dalam pengajaran saya, saya mengaplikasikan pengetahuan tentang semantik dengan cara yang sederhana, agar siswa bisa mengerti bagaimana makna kata berfungsi dalam kehidupan sehari-hari dan di dalam teks yang mereka pelajari.

Semantik adalah ilmu yang mempelajari makna kata dan kalimat. Sebagai contoh sederhana, kata rumah dalam kalimat Rumah saya dekat sekolah memiliki makna yang jelas dan mudah dipahami, yaitu tempat tinggal. Namun, kata yang sama bisa memiliki makna yang berbeda tergantung pada konteksnya. Contoh lain adalah kata cinta. Dalam kalimat Aku cinta ibuku, kata cinta memiliki makna kasih sayang yang mendalam. Namun, dalam kalimat Aku cinta nasi goreng, meskipun kata cinta tetap digunakan, maknanya menjadi lebih ringan, merujuk pada rasa suka yang sangat terhadap makanan tersebut. Ini menunjukkan bahwa makna kata dapat berubah tergantung pada konteksnya. Sebagai guru, saya mengajarkan kepada siswa untuk selalu memperhatikan konteks ketika mereka membaca teks, berbicara, atau menulis, sehingga mereka dapat memahami makna kata yang digunakan dengan tepat.

Sebagai seorang guru Bahasa Indonesia, saya menyadari bahwa pemahaman mendalam tentang semantik ilmu yang mempelajari makna kata dan hubungan maknanya dalam bahasa sangat penting bagi siswa untuk meningkatkan keterampilan berbahasa mereka. Memperkenalkan semantik sebagai studi tentang makna kata dan kalimat dalam bahasa. menjelaskan kepada siswa bahwa setiap kata dalam bahasa memiliki makna denotatif (makna harfiah) dan makna konotatif (makna yang terkandung dalam asosiasi atau perasaan yang dihasilkan oleh kata tersebut). Misalnya, kata rumah secara denotatif berarti tempat tinggal, tetapi secara konotatif dapat berarti tempat yang penuh dengan keamanan, kenyamanan, dan kehangatan bagi penghuninya. Konsep ini membantu siswa memahami bahwa makna kata tidak selalu tetap dan dapat berubah tergantung pada konteksnya.

Selanjutnya, saya menjelaskan kepada siswa mengapa pemahaman semantik sangat penting dalam kehidupan sehari-hari. Saya menekankan bahwa dengan memahami makna kata secara tepat, siswa dapat berkomunikasi lebih efektif, menghindari kesalahpahaman, dan meningkatkan kualitas hubungan sosial mereka. Sebagai contoh, dalam berinteraksi dengan teman, guru, atau keluarga, pemahaman tentang makna kata yang tepat akan membantu siswa untuk menyampaikan maksud dengan jelas dan tanpa menimbulkan konflik.

Saya juga menyoroti bagaimana kesalahan dalam memilih kata dapat menyebabkan persepsi negatif dalam komunikasi. Misalnya, ketika seseorang menggunakan kata konyol yang berkonotasi negatif, padahal maksudnya mungkin ingin memberi pujian dalam bentuk humor, hal ini bisa menyebabkan perasaan tidak enak pada orang yang diajak bicara. Oleh karena itu, pemahaman semantik yang baik membantu siswa untuk lebih sensitif terhadap pilihan kata yang mereka gunakan dalam percakapan sehari-hari.

Pentingnya semantik dalam konteks komunikasi sosial juga saya jelaskan dengan memberikan contoh terkait penggunaan kata dalam media sosial. Di era digital ini, komunikasi sering dilakukan melalui pesan singkat atau status di media sosial, di mana kata-kata dapat memiliki dampak yang besar. Pemilihan kata yang tidak tepat bisa menimbulkan salah paham atau bahkan konflik. Sebagai contoh, saya membandingkan dua kalimat:
    1. Kamu konyol sekali!
    2. Kamu unik sekali!
Kedua kalimat ini sebenarnya memiliki makna yang hampir sama, tetapi kata konyol membawa konotasi negatif, sementara unik membawa konotasi positif. Melalui contoh ini, siswa diajak untuk berpikir kritis tentang bagaimana kata-kata yang mereka pilih dapat memengaruhi persepsi orang lain.

Kesimpulan
Di akhir pelajaran, saya menegaskan bahwa semantik bukan hanya sekadar pelajaran tentang bahasa, tetapi juga keterampilan hidup yang sangat penting. Dengan memahami semantik, siswa dapat meningkatkan kemampuan berbahasa mereka, berkomunikasi dengan lebih tepat dan efisien, serta menghindari kesalahpahaman yang dapat merusak hubungan sosial. Oleh karena itu, mempelajari semantik akan membawa manfaat besar dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam berinteraksi dengan orang lain, berkomunikasi di media sosial, maupun dalam memahami teks-teks yang mereka baca.

Dengan pemahaman semantik yang baik, saya yakin siswa di SMP Negeri 11 Dumai akan menjadi individu yang lebih bijak dalam menggunakan bahasa, baik di sekolah maupun dalam kehidupan sosial mereka, serta mampu berkontribusi dalam menciptakan komunikasi yang lebih harmonis di masyarakat.

DAFTAR PUTAKA
Fitriani, F. (2023). Fungsi, Kategori, Dan Peran Sintaksis Bahasa Arab: Perspektif Linguistik Modern. El-Fakhru, 1(1), 180–212. https://doi.org/10.46870/iceil.v1i1.473

Foote, K. D. (2023). Sejarah Semantik. Www.Dataversity.Net. https://www.dataversity.net/brief-history-semantics/

Hidayatullah, M. H., & Zaki, M. (2024). Semantik Zaman Klasik dan Zaman Modern. Arabia Jurnal Ilmu Bahasa Arab, 2(2), 51–59.

Puspitasari, R. C., & Anggraini, P. (2022). Kesalahan Berbahasa Pada Berita Daring Di Website Malang Posco Media Edisi Februari 2022. Pena Literasi, 5(2), 188. https://doi.org/10.24853/pl.5.2.188-200

Sarudin, A., Ismail, S., Yusof, A., Redzwan, H. F. M., Osman, Z., & Hermandra, H. (2022). Peranan Leksis Dalam Mengukuhkan Pemahaman Konsep Awal Matematik. Malaysian Journal of Social Sciences and Humanities (Mjssh), 7(9), e001770. https://doi.org/10.47405/mjssh.v7i9.1770

Sholihin, M., & Junaidi, M. R. (2024). Epistimologi Dan Sejarah Semantik. AL-IKMAL: Jurnal Pendidikan, 3(5), 1–10. https://doi.org/https://doi.org/10.47902/al-ikmal.v3i5.169

Sipangpang, A. D. R., Astuti, C. I., Ramayani, J., & Sari, Y. (2024). Peran Semantik Dalam Komunikasi Sehari-Hari: Analisis Terhadap Makna Kata-Kata Dalam Interaksi Sosial. Jurnal Lingkar Pembelajaran Inovatif, 5(6), 105–117.

Warami, H. (2022). Kejahatan Bahasa Di Wilayah Hukum Papua Barat: Kajian Linguistik Forensik. Ranah Jurnal Kajian Bahasa, 11(1), 76. https://doi.org/10.26499/rnh.v11i1.2699

Warmadewi, A. A. I. M. (2019). Analisis Semiotik Iklan Pariwisata Negara Australia. KULTURISTIK: Jurnal Bahasa Dan Budaya, 3(1), 64. https://doi.org/dx.doi.org/10.22225/kulturistik.3.1.941

Zahra, N., Sonia, Y., Adilla, S., Mardiyah, R. A., & Amelia, D. (2024). Semantik dalam Bahasa Indonesia. Morfologi : Jurnal Ilmu Pendidikan, Bahasa, Sastra Dan Budaya Volume., 2(6), 44. https://doi.org/https://doi.org/10.61132/morfologi.v2i6.1163

Komentar